an ordinary journey.

an ordinary journey.

noted.

Saturday, October 21, 2017

how I'm in love with these british period movies

Friday, October 20, 2017





Saturday, October 7, 2017

while I don't take things easily,
and those are strong enough to keep my perseverance,
even though I doubt and lost my way for a million times.

on my way to everything.

sisi lain.

Sunday, October 1, 2017

judulnya oleh oleh dari perjalanan ke Jakarta Agustus lalu.
Jadii, ceritanya cukup dadakan disuruh nemenin salah satu bu dosen saya buat meninjau alias survey studi banding ke rusun rusun di Jakarta untuk melengkapi data penelitian beliau. Ya saya berangkat berangkat aja, toh saya juga penasaran banget sama kondisi rusun di Jakarta itu gimana sih. Sebeda apakah sama rusun di Surabaya. Segila apakah penolakan dari masyarakat yang konon sering diberitakan di tipi tipi alias media berita. Sekalut apakah masalah rusun disana apabila disangkut pautkan dengan prahara yang, hmm cukup banyak dipolitisasi sepertinya. intinya se Waw apakah fenomena rusun disana. Jelas, saya penasaran. Jadilah saya dan bu Dewi berangkat ke Jakarta berdua.
Nah, di perjalanan tepatnya tanggal 24 Agustus pukul 8 pagi berangkatlah kami berdua ke Jakarta naik kereta dari Surabaya. Ada kejadian menarik sih ditengah2 perjalanan ini, haha. Ga usah diceritain deh, kalau diceritain ceritanya panjang banget dan greget abis. Haha. Intinya saat kereta kami menuju Jakarta dan sudah melaju sampai daerah Cepu, saya dapat kabar harus balik ke kampus karena ada suatu masalah. Harus bangetlah pokoknya (gak usah diceritain kenapa, drama korea banget ceritanya haha). Alhasil saya drop out setelah menempuh hampir setengah jalan di stasiun Semarang dan Bu Dewi melanjutkan perjalanan ke Jakarta sendirian. Saya disuruh balik ke Surabaya lagi dan menyelesaikan urusan di kampus tsb dan besok balik lagi sendirian ke Jakarta cari flight paling pagi (yowes rapopo pokok dibayari bu dewi :'). ya okelah, mau bagaimana lagi haha. Akhirnya saya drop out dari kereta argo bromo tsb di Stasiun Semarang dan langsung pergi ke loket beli tiket kereta Maharani jurusan Surabaya. Tak selang 15 menit saya sudah duduk lagi di dalam gerbong kereta, tapi bukan ke jurusan Jakarta, melainkan Surabaya! Haha yo ngene iki, remek nang ndalan tapi ra tekan ndi ndi :') Akhirnya sampai lagi di Surabaya pukul 6 sore. padahal kalau tadi tetep di kereta sama bu Dewi sudah sampai Jakarta lho jam segitu. haha yha yha yha. (dan masih berlanjut drama drama lainnya seperti ban bocor di malam hari di tengah perumahan bumi galaxi  yang gak ada tambal ban buka dengan bawaan koper segitu gedenya, huft hari itu mantaplah pokoknya, ada aja cobaannya haha, disyukuri aja wes pokoknya :')
Yaweslah, singkat cerita urusan di kampus kelar sudah alhamdulillah. Dan akhirnya saya langsung cus Juanda buat flight ke Jakarta jam 8 pagi. Luntang luntung dewean wkwk. Dan sampailah saya di Jakarta. Sesampai di Jakarta saya langsung naik grab ke rusun dan ketemu bu Dewi di sana. Rusun pertama yang kami kunjungi adalah rusun penjaringan di area Jakarta Utara.

penampang luar rusun penjaringan, Jakarta. konon ceritanya rusun ini adalah rusun tertua yang ada di Jakarta, dibangun tahun 1986 karena kompleks rumah warga di site eksisting tersebut kebakaran.
 Di dalam rusun ini terdapat 17 blok dengan jumlah unit rumah sebanyak 1694 unit. Waw
yak bincang bincang sore santai sama warga disana. Surprisingly, mereka sangat ramah lho. Jujur, ini cukup diluar dugaan saya hehe (kakean prejudice aku). Sebelas duabelas lah sama orang orang di rusun rusun Surabaya. Masyarakatnya juga cukup terbuka dengan berbagai kegiatan wawancara dan survey penelitan semacam ini.

nah, the next day.
rusun pertama yang kami singgahi adalah rusun Marunda, which is juauh banget di pucuk Jakarta Utara mau ke Bekasi. perjalanan dari penginapan kami di Jakpus aja sekitar satu jam an. yha. tapi worthed juga se, pengen tau tentang fenomena rusun marunda yang cukup kontroversial dulu sewaktu dibangun dan masyarakatnya direlokasi disana. Jelas saja, lokasi yang di pucuk dan terasing dari peradaban membuat akses kurang baik bagi masyarakat ke lokasi pekerjaannya.
 daaan gersang juga yeah. sayang banget lah ini. kurang penghijauan. padahal unit unitnya sip ukurannya. layak huni juga lah.
Rusun ini dibangun pada tahun 2007 oleh pemerintah pusat. Rusun Marunda terdiri dari 29 blok yang dibagi menjadi 4 Cluster (A, B, C, D). Jumlah unit rusun ini 2820 unit dan dihuni sekitar 12.000 jiwa. Masyarakat rusun ini berasal dari relokasi warga berbagai tempat, antaranya Kalijodo, Waduk Pluit, Bukit Duri, dan Pasar Ikan. Masyarakat disini mayoritas bekerja di sektor swasta (buruh), buruh pelabuhan, nelayan, pedagang. Khusus masyarakat yang berasal dari gusuran Kawasan Pasar Ikan, mayoritas dari mereka adalah nelayan. Dimana mereka biasa pulang seminggu sekali ke rusun karena melayar. 80% penduduk rusun ini adalah warga yang terdampak relokasi atau penggusuran dan 20% lainnya adalah masyarakat umum.
dan dari wawancara ke beberapa warga di sini sih, mereka cukupuas dengan kondisi fisik dan sosial rusun. Kondisi fisik sendiri dianggap mereka cukup layak dan kondisi nya jauh lebih baik dari kampung yang dulu mereka tempati (yang kena gusuran). Terdapat 2 kamar tidur, ruang tamu, ruang dapur dan ruang makan, serta cuci jemur. Oya, juga kamar mandi. Koridor rusun yang cukup besar juga menjadi tambahan menarik sebagai ruang sosial warga. Selain itu, terdapat kegiatan ibu ibu yang diinisiasi paguyuban rusun, semacam pelatihan rutin entah itu pelatihan menjahit, bordir, dan semacam lainnya. Memang sih, awalnya mereka sangat menolak untuk direlokasi dari kampung mereka yang berjarak cuma berapa ratus meter aja dari lokasi pekerjaan mereka. Tapi setelah satu samai dua tahun tinggal di rusun tersebut, warga baru merasakan bahwa sangat jauh lebih nyaman tinggal di rusun, dimana hunian nya jauh lebih layak, lebih sehat, legal (karena dulu hunian mereka mayoritas ilegal) dan lebih guyub juga ternyata which is also surprising me. Lebih banyak positifnya intinya sih. Kekurangannya adalah akses yang jauh dari tempat kerja dan peradaban kota, tapi salah satunya sudah ditanggulangin pemerintah dengan memberikan fasilitas trans Jakarta yang gratis untuk warga di rusun Marunda dan rusun2 lainnya di Jakarta ke area peradaban kota. Baguslah.

and the next place.
nah kelar sudah di Marunda, cus ke pucuk Jakarta Utara yang deket daerah tangerang. haha. mubeng mubeng keliling jakarta kata e bapak grab. Ke rusun Kapuk Muara.
 nah ini dia, masih suasana tujuh belasan jadi bendera dimana mana.
 salah satu wawancara kami dengan ibuk ibuk di salah satu blok. beliau adalah gusuran dari salah satu kolong jembatan di Jakarta.
 haha unik juga ni, setiap rumah kasih bendera merah putih dari jendelanya. jarang jarang ini haha.
ya beginilah kondisinya. Rusun ini terletak di Jl. SMP 122, Kel. Kapuk, Kec. Pnjaringan, Jakarta Utara. Jumlah blok rusun ini adalah 6, dengan jumlah unitnya yakni 700 unit. Masyarakat rusun ini merupakan relokasi dari berbagai tempat, antara lain warga kolong jembatan,kampung kampung gusuran, dan Pasar Ikan. Mayoritas masyarakat di sini adalah nelayan. Nelayan tersebut terbagi menjadi 3 kategori antara lain nelayan harian, nelayan 3 bulanan pulang, dan nelayan 6 bulanan pulang.

jadi intisari perjalanan ini saya melihat indikasi bahwa rusun di Jakarta bisa menjadi salah satu solusi jitu untuk menangani permasalahan housing backlog utamanya untuk MBR (masyarakat berpenghasilan rendah). Mengenai fenomena penolakan yang sering diberitakan di media, memang benar pada awalnya masyarakat menolak keras adanya relokasi. Namun seiring waktu pembiasaan dan adaptasi (sekitar 1-2 tahun) masyarakat mulai terbiasa dengan hunian vertikal ini. Terlepas tidak semua masyarakat berpikir sama seperti demikian, karena memang relatif juga dan tergantung preferensi dan konteks mereka masing masing. Juga, observasi ini masih sekedar melihat fenomena yang terlihat pada surface atau permukaannya saja, belum mendalam yang harus dengan in depth interview dan sample responden yang lebih banyak dan beragam. ya, sek cethek pol se kalo mau narik kesimpulan juga pastinya masih dangkal dan belum komprehensif.
ya, moga moga kapan kapan bisa dilanjut lagi temuannya.

nah nah nah. sudah sudah. jadii singkat cerita, saya sama bu dewi balik penginapan langsung tepar. rencana ibuk e yang mau ke mangga dua pun jadi batal, karena gempor ni kaki udahan. yaudah balik penginapan aja langsung. dan besoknya sudah pulang balik sby lagi. tapi sendiri sendiri lagi. Bu dewi naik kereta ke Semarang karena ada kondangan sepupunya, sedangkan saya balik ke Surabaya langsung naik kereta. Nah, dimanfaatin deh buat ngontak anak anak yg ada di Jakarta, dan alhasil ada yang nyantol satu bisa ketemu. Namanya indah, kakakse. Kakak pertama di kosan bhaskara yang sekarang udah kerja di Cussons si bedak bayi, yang bela belain naik kommuter dari rumah mbaknya di daerah Klender ke stasiun Senen ke tempat saya berada hanya untuk sekedar bertatap muka, huhu terharu banget aku ndah. padahal ketemunya cuma 5 menit, secara dia dateng jam 15.30 dan kereta saya berangkat jam 15.45. Ketemu cuma buat foto sama dia, huhu indah qaqa andalanque, kakakse terbaiqku :*
inilah potret kakakse andalanque. sing mbuencekno tapi ngangeni. ben, ncen aku alay mideo2 nang stasiun sampek dheke isin, terah aku ngisin ngisin i haha. suara latar e medhok pol polan, 
yowesben ncen koyok ngene enek e >,<
 

instagram

connect on linkedin

follow us on facebook

follow us on instagram

follow us on instagram